Dearest Libby ku sayang,
Kamu inget sama tante Icha kan, mamanya Echa??…tante Icha ini salah satu sahabat ayah yang paling deket. Kita berlima (Oom Aryo, Oom Jo, Oom Bondan,Tante Icha dan ayah) dulu setiap makan siang di kantor selalu bareng-bareng…terlibat ekskul, kabur bareng dari kerjaan,dll pokoknya isinya ketawa-ketawa mulu. Kamu pasti bingung kan kok cuma tante icha sendiri yang cewek… well, kamu nggak usah bingung karena walaupun di KTP tertulis jenis kelamin wanita, tante Icha ini 99% adalah lak-laki tulen dengan segala kegagahan dan kegarangannya, pokoknya semua ciri laki-laki ada pada dia walaupun seringkali dia berusaha menutupi kelaki-lakiannya dengan memakai pakaian feminine seperti rok mini, dll… Namun demikian Tante Icha dengan 1% kewanitaannya adalah sosok yang sangat penuh perhatian, baik hati, jagoan lagipula pintar. Belum lagi kekayaan dia yang luar biasa dimana sering aja tiba-tiba dia cerita “ eh tadi gue lagi beres-beres kamar ternyata nemu handphone baru yang masih di box, gue lupa kapan gue belinya…” atau lagi “eh, waktu gue buka pintu belakang rumah gue, gue nggak sadar di belakang rumah ternyata ada Taman Safari”.” Eh, waktu gue ke garasi gue nggak sadar ternyata gue punya Alphard”. Dengan kekayaannya yang luar biasa itu, Tante Icha sering berbagi dengan teman-teman, ayah nggak pernah nggak dapet kado dari dia kalo ulang tahun (eh come to think of it… cuma dia yang selalu kasih kado ke ayah setiap ulang tahun). Dia juga sering jadi tempat pinjem duit temen-temen terdekatnya yang kesulitan. Karena kebaikan dan kedekatannya dengan kita-kita ini sampe-sampe Tante Icha selalu menjadi sasaran kecemburuan banyak orang...dari mulai istri-istri kita sampe istrinya Pak J (bener nggak cha ?? ha ha ha). Tapi dia emang terlalu pecicilan sih jadi aja dicemburuin...
Nah, surat ayah kali ini memang bukan pengen cerita tentang Tante Icha yang nggak penting itu. Tapi ada yang lebih penting yaitu mengenai ”Judging People”. Kamu mungkin tahu ya liv, kita sebagai manusia seringkali punya kecenderungan menilai orang lain. Menilai orang lain itu jelek, menilai orang lain bodoh, menilai orang lain munafik, menilai orang lain jahat, walaupun nggak selalu menilai hal yang jelek-jelek aja sih. We, as human being, can not contain ourselves from judging others....apa aja mengenai orang lain dianalysis dan dikomentarin. Balik lagi ke Tante Icha… jadi tante Icha ini setelah memiliki stempel/stigma sebagai anak urakan/ ancur, dll. Ini pun karena orang yang menilai dia seperti itu. (emang salah dia sendiri sih yang bikin stigma seperti ini... ha ha ha) memutuskan untuk memakai jilbab... Alhamdulillah.... Eh seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya... heboh lah seluruh dunia, gimana Icha yang sangat ancur itu bisa memakai jilbab... mulai lah orang cari tahu apa motif dari pemakaian jilbab itu... walaupun tentunya hampir nggak mungkin lah menemukan motif utama dari keputusan itu karena hal itu merupakan suatu hal yang sangat pribadi dan cuma tante Icha yang bisa menjawab. Mulai lah orang-orang kasak-kusuk cari tahu, ada yang mulai membuat analysis and assumption
1.Mungkin Icha pake jilbab biar orang nggak nyangka lagi dia adalah laki-laki
2.Ooh Icha sekarang mungkin sudah masuk Islam....
3.Mungkin biar tidak menjadi sasaran sexual harassment para laki-laki tidak bertanggung jawab yang bilang ”My Mummy is yummy lah”, atau ”Paru-parunya sehat” lah...dll..
4.Mungkin pengen merubah image ancur nya
5.Mungkin karena jilbab lagi ngetrend sekarang
Pokoknya banyak lah assumsi-asumsi yang beredar di masyarakat lengkap dengan komentar : ”mudah-mudahan dia istiqamah”, ”semoga dia ngga cuma ikut-ikutan doang”, ”Nggak ngaruhlah kalo udah ancur mah ancur aja” dan segala macam komentar yang dari mulai simpatik (sopan) sampe yang melecehkan keseriusan tante Icha. Setiap hari tante Icha selalu ditanyain orang ” Kenapa loe pake jilbab?” dia minta saran sama ayah gimana jawabnya ” ayah bilang jawab aja ” Karena gue bisa”.. abis perkara kan... see how people is so nosy about other people’s business. Mereka mempertanyakan keputusan tante Icha, mereka menyangsikan keseriusan dia, mereka menyangsikan ketahanan tante Icha pake jilbab, sebagian malah mencibir... ”hiih munafik, kelakuan masih gitu aja sok sok an pake jilbab”... why suddenly do they so care so much about her ?? kenapa pula mereka mempertanyakan hal-hal itu ?? so what kalau tante Icha memang munafik ? so what kalau tante icha memang cuma ikutan trend ? so what kalau dia memang nggak serius ?? so what ? so what? Jauh-jauh hari ayah bilang sama tante Icha bahwa keputusan untuk pake jilbab harus datang dari hati yang paling dalam dan it shouldn’t come from external pressure. Nggak ada artinya pake jilbab hanya karena takut dibilang ancur, pengen dibilang shalihah, pengen dipuji orang, takut dicibir orang kalo pake rok mini dan baju kutung mulu. Pake jilbab sebaiknya adalah ”karena hati saya ingin berbakti kepada Allah SWT”. Resiko untuk memakai atau tidak memakai jilbab pasti ada... selalu ayah bilang kan ”in every choice there are consequences.” salah satu resiko adalah ya itu bagaimana orang menilai kita (other people judging us).. padahal kalo dipikir-pikir who are we to judge ?? apakah dengan memakai jilbab kita pasti masuk surga ? apakah dengan tidak pake jilbab kita pasti masuk neraka ?? siapa yang tahu kecuali Allah SWT. Ayah ingat hadits mengenai cerita pelacur yang memberi minum anjing dan kata Rasulullah pelacur itu adalah ahli surga... siapa yang tahu.. Who are we to judge ??? memang benar kita harus berusaha memperbesar kemungkinan dengan berusaha mengikuti aturan atau perintah Allah, tapi at the end of the day.. cuma Allah SWT yang tahu. Nah kalaupun tante Icha suatu saat memutuskan untuk tidak memakai jilbab lagi, ayah masih sangat menghargai keputusan dia, karena ayah tahu keputusan itu pasti mengikuti kata hatinya. Paling tidak ada masa dimana dia memperbesar kemungkinan masuk surga dengan memakai jilbab untuk berbakti kepada Allah SWT. But then again, who knows....0ne thing for sure, i think we don’t have the right to judge other people.. because we DON’T know (makanya jangan sok tahu….). Maka dari itu (makdartu… halah), ayah cuma kasih saran ke tante Icha…”biarkan siapapun menggonggong….loe harus tetap berlalu”. Stay firm with your decision, whatever it is…(Way to go, cha !! I admire your courage to follow your heart and go against all odds)
Udah dulu ya liv, kita lagi di bandung nih, mau pulang ke Jakarta… nanti kita ngobrol lagi ya…
Miss you very very much..
Ayah dicky